Pada saat
menjalani kehidupan kita masing-masing. Mungkin kita pernah berselisih dengan
seseorang. Pernah menyimpan kekesalan dan kekecewaan. Pernah merasa dikhianati
atau ditinggalkan tanpa alasan. Pernah dibohongi bahkan mungkin dijauhi. Hingga
hubungan kita dengan orang tersebut sempat hilang beberapa lama, mungkin dalam
hitungan tahun.
Dulu sewaktu muda terutama. Sewaktu emosi masih pada tahap pematangan. Sewaktu
pikiran belum sepenuhnya berpijak. Sebelum kebijaksanaan hidup menghampiri.
Sewaktu logika masih pendek. Sewaktu perasaan masih mendominasi.
Hingga pada suatu ketika, direntang waktu yang cukup lama kita kembali
dipertemukan dengan orang-orang tersebut. Sejatinya kita tidak lagi benci,
hanya sungkan saja ingin menyapa. Ada perasaan tidak enak. Ada perasaan enggan.
Saya percaya bahwa waktu turut mengubah seseorang. Orang yang dulu berbuat
tidak baik kepada kita telah berubah. Orang yang dulu meninggalkan kita telah
berubah. Orang yang dulu menyakiti kita telah berubah. Banyak yang telah
menjadi orang baik, diantara mereka banyak yang telah menjadi bijaksana.
Diantara mereka banyak yang telah mencapai banyak hal sementara kita sendiri
tertinggal jauh.
Haruskah kita tetap membencinya? Mungkin perasaan ini bukanlah benci, hanya
enggan untuk menyambung silaturahmi. Atau mungkin malu mengakui bahwa kita
telah memaafkannya dan memulai silaturahmi.
Mereka adalah orang-orang yang berhasil belajar dari kesalahan. Kita tidak lagi
bisa menyamakan mereka dengan beberapa tahun belakangan. Ketika dulu mereka
membuat kesalahan, terutama kepada kita. Mereka adalah orang-orang yang
berhasil keluar dari pikiran mereka tentang masalahnya. Bergerak sedemikian
cepat untuk memperbaiki diri. Sementara kita mungkin masih menyimpan dengki,
membuat kita terkurung pada prasangka tersebut dan menjadi lamban bergerak.
Harus kita akui. Memang mereka memiliki kesalahan kepada kita di masa
sebelumnya. Ketika kita masih sama-sama muda, sama-sama emosional. Dan mereka
telah belajar dari kesalahan sehingga membentuk mereka yang seperti sekarang.
Begitu mengagumkan. Dan kita sungguh tidak bisa menilai mereka hanya karena
kesalahannya di masa lalu kepada kita.
Ketika kita mampu menyadari itu semua. Kita telah belajar menjadi selangkah
bijaksana. Memaafkan dan mengakui bahwa kita tidak belajar lebih banyak dari
mereka. Dan kita tertinggal beberapa langkah.
Sumber: http://kurniawangunadi.tumblr.com/
Artikel Terkait
Islam
- Wanita Soleha yang Patut Dijadikan Contoh
- Belajar Dari Ikan Laut
- Cinta Karena Agamamu
- Amal
- Pertolongan Al-qur'an Dalam Kubur
- Kisah dan dialog: SEORANG PENDETA DAN MUSLIM
- Kisah Pria Yang Mensyukuri Hidup Di Dua Hari Sebelum Dirinya Meninggal
- Kisah Fiktif Pertanyaan “Men” kepada “God”
- Siapa Foto Kakek Dibalik Sampul Buku Iqro?
- Belajar Islam ke Barat, atau Membaratkan Islam?
- 50 Fakta Menarik Tentang Agama Islam
- Why Allah Doesn’t Answer Your Dua
- Allah itu Adil
- Manfaat dibalik Gerakan Sholat
- Manfaat Berjilbab Bagi Kesehatan
Artikel Umum
Inspirasi
- Wanita Soleha yang Patut Dijadikan Contoh
- Kisah dan dialog: SEORANG PENDETA DAN MUSLIM
- Motivasi Buat Orang yang Sedang Patah Hati
- Mengatasi Keterbatasan Diri Untuk Meraih Sukses
- Bill Gates: Keunggulan, Determinasi, dan Bepikir Positif
- Cara Agar Percaya Diri Meski Banyak Kekurangan
- Banyaklah Sedeqah, Kunci menuju Kesuksesan yang Berkah
- Saat Semua Orang Seakan Tidak Mendukung Kita
- Cerita Motivasi Tentang Kesuksesan: Jebakan Pisang
- Langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat
- Saat Lemah Dan Sendiri, Ingatlah 13 Hal Ini
- CEO WhatsApp, dari Tukang Sapu Jadi Miliarder
- Never live your life without passion
- Langkah Emas Untuk Bersyukur
Luangin waktumu untuk Share this article with your friends