Sabtu, 26 April 2014

Penentuan Golongan Darah

Diposting oleh Unknown di 22.03
LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
PENENTUAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA



KELOMPOK/GELOMBANG : 1 / 2
Ahmad Rois (1304015003)
Astie Afriani (1304015078)
Lisa Yuliana (1304015284)
Rostuti (1304015460)
Yohana Zerlinda (1304015558)

KELAS : 2G


DOSEN PEMBIMBING
Dwitiyanti, M. Farm, Apt


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Di dalam tubuh terdapat kurang lebih lima liter darah yang mengalir tiada henti. Darah adalah sungai kehidupan dalam tubuh kita. Jika kita kehilangan banyak darah, maka nyawa kita akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Seringkali seseorang kekurangan darah akibat mengalami kecelakaan atau menderita suatu penyakit yang dimana orang tersebut harus memerlukan darah dengan cara transfusi darah. Seseorang dapat meninggal apabila kehilangan 40% darahnya pada waktu yang singkat karena tubunya tidak dapat membuat darah lagi dengan cepat. Tetapi kematian akibat kasus tersebut di atas dapat dicegah dengan tindakan transfusi darah dari seorang donor. Darah donor dapat ditransfusikan pada orang-orang tertentu. Hal ini dikarenakan adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Sebelum transfuse dilakukan perlu dilakukan tes mencampur darah donor dengn darah resipien. Bila tidak terjadi aglutinasi maka dikatakan darah sesuai dan transfuse dapat dilakukan. Kesesuaian tersebut tergantung dari antigen pada permukaan eritrosit dan antibody dalam plasmanya.
Setiap manusia mempunyai golongan darah masing-masing. Golongan darah dapat diturunkan secara genetik dari kedua orang tua kepada generasi keturunannya. Mendonorkan darah kepada seseorang merupakan suatu perbuatan yang amat mulia. Maka dari itu untuk melakukan donor darah kita harus mengetahui golongan darah yang kita miliki. Apakah golongan darah yang kita miliki dengan orang yang akan menerimanya cocok atau tidak? Melalui praktikum inilah kita akan menentukan golongan darah.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini, hanya sebatas membahas tentang golongan darah, untuk lebih mengetahui detail tentang golongan darah pada manusia. Kemudian timbul pertanyaan di benak kami:
“Bagaimana cara menentukan golongan darah pada Manusia?”
Dengan modal pertanyaan di atas, kami berharap akan menemukan jawaban yang tepat supaya kita dapat mengetahui labih jauh tentang golongan darah manusia.

1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan antara lain yaitu :
1.          Mahasiswa mengetahui cara mengetahui golongan darah.
2.       Mahasiswa mengetahui pembagian golongan darah.
3.       Pewarisan Golongan Darah.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penggolongan Darah Sistem A-B-O
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%.
Sel-sel darah dibedakan menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel darah pembeku (trombosit).
a.    Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah merupakan penyusun sel-sel darah yang jumlahnya paling banyak. Pada wanita, jumlahnya ± 4,5 juta/mm3 darah, sedangkan pada laki-laki ± 5 juta/mm3 darah. Akan tetapi, jumlah itu bisa naik atau turun, tergantung dari kondisi seseorang. Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus. Bentuk eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati kapiler-kapiler.  Jumlah sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur. Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang. Pembentukkannya diatur oleh hormon glikoprotein yang disebut dengan eritropoietin. Jangka hidurp eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Untuk menghitung jumlah eritrosit pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara menghitung 8% dari berat badan orang itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah:
·        Jenis Kelamin pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1–5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3–5,2 juta per mililiter kubik darah.
·        Usia Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak- anak.

b.    Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel- sel tubuh, dan cairan tubuh.
Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3.
Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis.

c.    Sel Darah Pembeku (Trombosit)
Ketika kita mengalami luka pada permukaan tubuh, maka tubuh akan mengeluarkan darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan oleh sobeknya pembuluh darah. Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa saat darah akan berhenti mengalir. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh, komponen darah, yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang terluka dan akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka. Di dalam darah terdapat protein (trombin) yang larut dalam plasma darah yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang. Fibrin ini akan membentuk anyaman dan terisi keping darah, sehingga mengakibatkan penyumbatan dan akhirnya darah bisa membeku. Jumlah sel darah pembeku ± 250 ribu sel/mm3 darah normal dan hanya dapat bertahan hidup dengan usia 8-10 hari.
Trombosit adalah bagian sel darah yang berperan dalam pembekuan darah. Jika jaringan  tubuh terluka, trombosit pada permukaan akan pecah dam mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase akan mengubah protobin menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+. Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen (protein plasma yang dapat larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak dapat larut dalam plasma darah). Pembentukkan benang-benang fibrin menyebabkan luka akan tertutup.

Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan Aglutinasi (penggumpalan) eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin. Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b(zat anti B).
Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya.
 Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut:
Antigen (Aglutinogen), Antibodi (Aglutinin).
·     Individu dengan golongan darah A dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen (Aglutinogen) A, dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) B. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
·    Individu dengan golongan darah B dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen (Aglutinogen) B, dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) A Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
·      Individu dengan golongan darah AB dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen (Aglutinogen) A dan B, dan plasma darah tidak mengandung Antibodi (Aglutinin). Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut Resipien universal (orang yang menerima darah). Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
·   Individu dengan golongan darah O dalam eritrosit (sel darah merah) tidak mengandung Antigen (Aglutinogen), dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut Donor Universal (Orang yang mendonorkan darah). Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

Secara singkat, golongan darah sistem ini daat dilihat pada tabel berikut ini :
Gol. Darah
Anti A
Anti B
Anti AB
Anti O
A
+
-
+
+
B
-
+
+
+
AB
+
+
+
+
O
-
-
-
+
Ket : ( + ) Menggumpal
            ( - )  Larut

Transfusi darah adalah pemberian darah seseorang kepada orang lain. Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut dengan donor. Orang yang menerima darah disebut resipien. Golongan darah AB merupakan resipien universal karena dapat menerima semua jenis golongan darah. Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal karena dapat ditranfusikan kepada semua jenis golongan darah. Alasan terbanyak melakukan transfusi darah adalah karena penurunan volume darah dan untuk memberi resipien beberapa unsur dari darah yang dibutuhkan.

2.2 Penggolongan Darah Sistem Rhesus
Pada sistem rhesus, terdiri dari Rhesus Positif dan Rhesus Negatif. Sebagian besar orang asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus negatif pada umumnya dimiliki oleh orang luar. Seseorang yang memiliki rhesus positif darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan rhesus negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.


BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 April 2014 pukul 10.30–13.00 WIB, dan bertempat di Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

3.2 Alat dan Bahan
ü Kartu Golongan Darah
ü Lanset
ü Jarum Frankle
ü Jarum Pentul
ü Serum Anti A
ü Serum Anti B
ü Serum Anti AB
ü Serum Anti D (Rh)

3.3 Prosedur Kerja
1.        Sediakan gelas objek yang bersih.
2.      Bersihkan ujung jari tengah yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%.
3.     Kemudian tusuk jari telunjuk tersebut dengan jarum lanset.
4.      Setelah darah keluar, teteskan darah pada kartu uji sebanyak 4 kali pada tempat yang berbeda sesuai nomor.
5.      Tetesi tetesan darah pertama dengan anti serum A lalu aduk dengan ujung jarum pentul.
6.     Tetesi tetesan darah kedua dengan anti serum B lalu aduk dengan ujung jarum pentul.
7.      Tetesi tetesan darah ketiga dengan anti serum AB lalu aduk dengan ujung jarum pentul.
8.     Amatilah hasilnya apakah terjadi aglutinasi (penggumpalan darah) atau tidak pada tetesan darah tersebut yang telah dicampur dengan serum.
9.     Lalu tentukan golongan darahnya.
10.   Ulangi langkah 1 sampai 9, lakukan sebanyak jumlah praktikan yang ada.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum
Dari hasil praktikum tentang penentuan golongan darah yang telah kami lakukan, data yang dapat kami ambil yaitu berupa sampel-sampel darah yang telah dicampur dengan serum. Data-data tersebut kami buat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
No.
Nama Mahasiswa
Serum Anti A
Serum Anti B
Serum Anti AB
Serum Anti D (Rh)
Gol. Darah
1.
Astie Afriani
-
-
-
+
O
2.
Tatang
-
+
+
+
B
3.
Septi
+
-
+
+
A
4.
Yossa
+
+
+
+
AB
5.
Desi. P
+
-
+
+
A

Ket : ( + ) Menggumpal
         ( - )  Larut

4.2 Pembahasan
Untuk menentukan golongan darah manusia itu bisa dengan sistem ABO yang terdiri dari 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O dan sistem yang lainnya yaitu sistem rhesus yaitu ada 2 rhesus positif dan rhesus negatif.
Berdasarakan dari hasil praktikum yang telah di lakukan ternyata dari beberapa relawan di dapatkan golongan darah mereka yaitu A+ , B+ , AB+ dan O+. Ternyata memang benar bila tetesan darah di campur dengan serum maka akan dapat melihat darah tersebut termasuk golongan darah A, B, AB atau O.
Sebagai contoh dari hasil data praktikum yang telah di lakukan :
·        Untuk golongan darah A+ yang dimiliki oleh Septi dan Desi bila tetesan darahnya di campur dengan serum anti A maka akan menggumpal (+), dengan anti B maka tidak akan menggumpal/ Larut, dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).
·        Untuk golongan darah B+ yang dimiliki oleh Tatang bila tetesan darahnya di campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal/ larut (-), dengan anti B maka akan menggumpal (+), dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).
·        Untuk golongan darah AB+ yang dimiliki oleh Yossa bila tetesan darahnya di campur dengan anti A maka akan menggumpal (+), dengan anti B maka akan menggumpal (+), dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).
·        Untuk golongan darah O+ yang dimiliki oleh Astie Afriani bila tetesan darahnya di campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal/ Larut (-), dengan anti B maka tidak menggumpal/ larut  (-), dengan anti AB maka tidak menggumpal/ larut (-) dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).

Untuk golongan darah yang memiliki anti gen dan anti bodi dalam golongan darah yaitu bisa kita lihat dari tabel berikut ini antara lain :
Gol. Darah
Aglutinogen (Antigen) pada Eritrosit
Aglutinin (Antibodi) pada Plasma Darah
A
A
B
B
B
A
AB
A dan B
-
O
-
A dan B

Pada percobaan penentuan golongan darah ini digunakan sistem golongan darah ABO. Sistem darah ABO ini didasarkan pada antigen (A dan B) yang terdapat pada permukaan eritrosit dan antibody atau aglutinin (α dan β) dalam plasmanya. Antigen ini merupakan suatu glikoprotein yang ada tidaknya adalah sebagai dasar pembeda pada penentuan golongan darah seseorang, sedangkan antibody merupakan suatu molekul protein yang dihasilkan oleh sel-B untuk merespon adanya antigen. 


                                 Penggolongan sistem ABO adalah sebagai berikut:
                                                 (Sumber : www.blopress.com)



                                           Sedangkan struktur darahnya adalah :
                                                  (Sumber : www.blopress.com)

                                                  (Sumber : www.blopress.com)

Hal ini dapat dikatakan bahwa golongan darah 0 dapat memberikan ke semua jenis golongan darah, mengingat bahwa golongan darah 0 tidak memiliki antigen sama sekali. Sehingga kesimpulannya bahwa golongan darah 0 adalah sebagai donor universal. Sedangkan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan, mengingat  bahwa golongan darah AB memiliki 2 jenis antigen, namun tidak memiliki aglutinin sama sekali. Sehingga, golongan darah AB adalah sebagai resipien universal.

4.3 Pewarisan Golongan Darah A-B-O
Dalam kehidupan sehari-hari pewarisan golongan darah pada anak itu bukan hal yang luar biasa lagi tapi hanya menjadi hal biasa karena itu pewarisan dari orang tua dari anak tersebut. Salah satu aplikasi (manfaat) mempelajari golongan darah seseorang adalah untuk transfusi darah. Oleh karena itu, dikenal istilah donor (yang memberikan darah) dan resipien (yang menerima transfusi darah). Begitu pentingnya darah bagi kehidupan manusia, penelitian mendalam tentang darah sangat banyak dilakukan. Dua komponen penyusun darah adalah sel-sel darah (leukosit dan eritrosit) dan cairan (plasma). Plasma sendiri, terdiri dari atas fibrinogen (protein untuk pembekuan darah) dan serum.    
Penelitian mengenai penggolongan darah diawali oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1901. Karl Landsteiner (1868-1943) adalah seorang ahli patologi berdarah Austria-Amerika yang lahir di Wina. Dia mempelajari patologi sejak 1909 hingga 1919 di Universitas Wina. Landsteiner adalah anggota The Rockefeller Institute for Medical Research (sekarang Universitas Rockefeller) di New York City (1922-1939). Klasifikasi modern golongan darah yang dibuat oleh Landsteiner membawa dia kepada Hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau pengobatan pada tahun 1930. (Sumber : Microsoft Encarta Premium 2006).
Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa di dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat suatu substansi asing yaitu antigen yang akan bereaksi dengan substansi pada plasma darah yaitu antibodi (zat anti). Selanjutnya, penggolongan darah pada manusia ini didasarkan pada antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam eritrosit.
Pewarisan golongan darah ini ditentukan oleh adanya alel ganda (beberapa alel atau seri alel yang terdapat dalam satu lokus yang sama). Simbol untuk alel tersebut adalah I (berasal dari kata isoaglutinin, merupakan protein pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk aglutinogen A akan mempunyai alel IA, yang mampu membentuk aglutinogen B mempunyai alel IB, dan yang mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel IA dan IB. Sementara itu, orang yang tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel resesif i. Golongan darah ditentukan oleh adanya interaksi alel-alel tersebut.
Jika pria bergolongan darah A menikah dengan wanita bergolongan darah B, maka kemungkinan golongan darah anak-anak yang dilahirkan adalah sebagai berikut :
P        IAIA            x        IBIB
          Atau IAi
Gamet IA dan i                             IB dan i
F1       25% IAIB                            (Golongan AB)
          25% IAi                   (Golongan A)
          25% IBi                   (Golongan B)
          25% ii                     (Golongan O)
Penggolongan Darah Sistem A,B,O dan Alelnya
Golongan darah (fenotip)
Antigen dalam eritrosit
Alel dalam kromosom
Genotip
A
A
IA
IA IA atau IAi
B
B
IB
IB IB atau IBi
AB
A dan B
IA dan IB
IB IA
O
-
i
ii
(Sumber : Suryo, Genetika Manusia, hlm. 349)



4.4 Pewarisan Golongan Darah Sistem MN

Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner dan Lavine, didasarkan pada ada tidaknya antigen M dan N. Jika pada penggolongan darah A, B, AB, dan O terdapat antibodi dalam darah seseorang, maka pada golongan darah ini darah seseorang tidak mengandung antibodi M atau N. Oleh karena itu, untuk menguji apakah seseorang mempunyai antingen M atau N atau keduanya digunakan antibodi dari kucing. Dengan tidak adanya antingen M atau N dalam darah manusia, maka penggolongan darah dengan sistem ini tidak berpengaruh atau tidak berperan dalam transfusi darah.

Penggolongan Darah Sistem MN dan Alelnya
Golongan darah (fenotip)
Reaksi terhadap antibodi (antiserum)
Alel dalam kromosom
Genotipe
Anti-M
Anti-N
M
+
-
LM
LM LM
N
-
+
LN
LN LN
MN
+
+
LM dan LN
LM LN
Keterangan: (+) aglutinasi, dan (–)  tidak aglutinasi

4.5 Golongan Darah Sistem Rhesus

Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan ada tidaknya faktor Rh (Rhesus) dalam eritrosit, golongan darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu jika mempunyai antigen Rh dan golongan darah Rh-, jika tidak mempunyai antigen Rh. Transfusi atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh yang disebut incompatibilitas rhesus.

Golongan Darah Sistem Rhesus
Fenotipe
Genotipe
Macam gamet
Rh +
IRhIRh, IRhIrh
IRh dan Irh
Rh -
Irh Irh
Irh
Pada perkawinan antara pria Rh+ homozigot (IRhIRh) dengan wanita Rh– homozigot (Irh Irh), semua anak yang dilahirkan akan mempunyai Rh+. Fetus dalam tubuh ibu akan menerima zat makanan atau menerima pertukaran gas dan air melalui saluran penghubung yang disebut plasenta.

Gambar Aliran darah pada plasenta


Nah, jika seorang ibu Rh- mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi lahir, eritrosit-eritrosit bayi yang mengandung antigen Rh masuk dalam aliran darah ibu. Dengan demikian, darah ibu akan membentuk antibodi. Bayi pertama yang dilahirkan akan selamat.
Pada kehamilan berikutnya tentu dihasilkan anak Rh+ lagi. Karena ibu telah mempunyai anti-Rh, maka akan beraglutinasi dengan antigen Rh pada bayi yang dikandungnya. Akibatnya, eritrosit bayi akan rusak dan mengalami kelebihan zat bilirubin yang akan masuk ke dalam sirkulasi darah ibu :


(a)   Urat darah plasenta pecah, memungkinkan keluarnya antigen Rh bayi.
(b)   Antigen fetus masuk ke limpa ibu dan ibu membentuk antibodi.
(c)   Antibodi dari ibu masuk ke plasenta dan terjadi reaksi antigen Rh dan antibodi Rh
Kelebihan dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit kuning, ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh cairan, hati dan limfa membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang belum masak (eritroblas), serta otaknya rusak.
Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya, bayi penderita penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa saat saja masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.



Kelebihan dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit kuning, ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh cairan, hati dan limfa membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang belum masak (eritroblas), serta otaknya rusak. Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya, bayi penderita penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa saat saja.
Sementara itu, perkawinan antara wanita Rh- dengan pria Rh+ heterozigot masih mempunyai kemungkinan menghasilkan bayi normal.
Contoh soal penentuan dan presentase golongan darah yang akan muncul di anak.
Untuk menentukan golongan darah anak yang terdiri dari golongan darah ayah A heterozigot dan ibu golongan darah AB, maka tentukan golongan darah anakanya dan presentasenya ?
Ayah                                                             Ibu
A                                                                 AB
IAIO                                 X                           IAIB
IAIA    IAIB    IAIO    IBIO
A        AB      A        B
Berdasarkan tabel di atas ternyata memang benar kemungkinan golongan darah yang akan muncul yaitu A, B, dan AB.
Untuk presentasinya sebagai berikut :
Gol. Darah A : 24𝑥 100 %=50%
Gol. Darah B : 14𝑥 100 %=25%
Gol. Darah AB : 14𝑥 100 %=25%
Dari contoh soal ini kita dapat mengetahui beberapa kemungkinan gol. Darah anaknya yang akan terjadi antara A, B, dan AB. Tetapi setelah dilakukan presentsinya kemungkinan besar gol. Darah anaknya yang akan terjadi yaitu golongan darah A.
Sekitar ± 85% orang-orang Asia dan Eropa mempunyai golongan Rhesus Positif (Rh Positif). Pada ±15% sisanya kebanyak di Eropa, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif).
Secara kesehatan golongan Rhesus (Rh) sangat penting untuk di ketahui karena dengan mengetahui Rhesus maka kita bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.


BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari tujuan praktikum dan dari hasil praktikum yang telah kami lakukan tentang penentuan golongan darah. Bahwa dengan melakukan praktikum ini kami lebih banyak mengetahu bagaimana cara mengetahui golongan darah pada manusia yang memiliki dua sistem yaitu sistem ABO yaitu golongan darah A, B, AB dan O dan sistem Rhesus yaitu Rhesus Positif (Rh+) dan Rhesus Negatif (Rh-).
Tes golongan darah ABO adalah tes golongan darah yang banyak digunakan untuk mengetahui golongan darah secara umum. Tes  golongan darah ABO menggunakan anti serum A, anti serum B, anti serum AB. Anti serum A akan menolak golongan darah yang mengandung antigen a sehingga terjadi penggumpalan. Begitu juga dengan anti serum B akan menolak golongan darah yang mengandung antigen b. maka uji golongan darah tidak bisa dilakukan dengan satu anti serum karena untuk darah yang menggumpal ketika ditetesi serum anti a/ serum anti b masih ada kemungkinan bahwa darah tersebut bergolongan AB. Golongan AB juga memberikan reaksi serum anti a/ antib karena golongan AB mempunyai antigen a dan b.
Untuk penentuan dengan menggunakan sistem ABO dapat dilakukan dengan menggunakan serum Anti A (alfa), Anti B (beta), Anti AB (alfa-beta), dan Anti D (Rhesus). Selain itu kami juga banyak mengetahui golongan darah mana yang dapat sebagai pendonor dan sebagai penerima. Untuk laki-laki yang memiliki Rhesus positif (Rh+) di harapkan untuk tidak menikahi wanita yang memiliki Rhesus negatif (Rh-) dikhawatirkan terjadi masalah dengan janin yang akan di kandung oleh ibu bila janin yang di kandung itu memiliki Rhesus positif (Rh+) mengikuti Rhesus dari Ayahnya.



DAFTAR PUSTAKA


Syaifuddin,2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Buku kedokteran EGC. Jakarta.

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC
Anderson, Paul D. 2008. Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Download PDF DISINI
Artikel Terkait
Luangin waktumu untuk Share this article with your friends
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meluagkan waktunya untuk berkomentar.

 

Born This Way Copyright © 2012 Design by ASTIE AFRIANI Astie Afriani Puspadewi