LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
PENENTUAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
KELOMPOK/GELOMBANG : 1 / 2
Ahmad Rois
(1304015003)
Astie
Afriani (1304015078)
Lisa
Yuliana (1304015284)
Rostuti
(1304015460)
Yohana
Zerlinda (1304015558)
KELAS : 2G
DOSEN PEMBIMBING
Dwitiyanti,
M. Farm, Apt
FAKULTAS
FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di dalam tubuh terdapat kurang lebih
lima liter darah yang mengalir tiada henti. Darah adalah sungai kehidupan dalam
tubuh kita. Jika kita kehilangan banyak darah, maka nyawa kita akan terancam,
bahkan dapat mengakibatkan kematian. Seringkali seseorang kekurangan darah
akibat mengalami kecelakaan atau menderita suatu penyakit yang dimana orang
tersebut harus memerlukan darah dengan cara transfusi darah. Seseorang dapat
meninggal apabila kehilangan 40% darahnya pada waktu yang singkat karena
tubunya tidak dapat membuat darah lagi dengan cepat. Tetapi kematian akibat
kasus tersebut di atas dapat dicegah dengan tindakan transfusi darah dari
seorang donor. Darah donor dapat ditransfusikan pada orang-orang tertentu. Hal
ini dikarenakan adanya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Sebelum
transfuse dilakukan perlu dilakukan tes mencampur darah donor dengn darah
resipien. Bila tidak terjadi aglutinasi maka dikatakan darah sesuai dan
transfuse dapat dilakukan. Kesesuaian tersebut tergantung dari antigen pada
permukaan eritrosit dan antibody dalam plasmanya.
Setiap manusia mempunyai golongan
darah masing-masing. Golongan darah dapat diturunkan secara genetik dari kedua
orang tua kepada generasi keturunannya. Mendonorkan darah kepada seseorang
merupakan suatu perbuatan yang amat mulia. Maka dari itu untuk melakukan donor
darah kita harus mengetahui golongan darah yang kita miliki. Apakah golongan
darah yang kita miliki dengan orang yang akan menerimanya cocok atau tidak?
Melalui praktikum inilah kita akan menentukan golongan darah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini, hanya sebatas membahas
tentang golongan darah, untuk lebih mengetahui detail tentang golongan darah
pada manusia. Kemudian timbul pertanyaan di benak kami:
“Bagaimana cara menentukan golongan darah pada Manusia?”
Dengan modal pertanyaan di atas,
kami berharap akan menemukan jawaban yang tepat supaya kita dapat mengetahui
labih jauh tentang golongan darah manusia.
1.3 Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum yang kami lakukan antara lain yaitu :
1.
Mahasiswa mengetahui cara mengetahui golongan
darah.
2.
Mahasiswa mengetahui pembagian
golongan darah.
3.
Pewarisan Golongan Darah.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penggolongan Darah Sistem A-B-O
Darah adalah unit fungsional seluler
pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari
dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada
darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel
darah ada pada darah sekitar 45%.
Sel-sel
darah dibedakan menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan sel darah pembeku (trombosit).
a.
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah merupakan penyusun
sel-sel darah yang jumlahnya paling banyak. Pada wanita, jumlahnya ± 4,5
juta/mm3 darah, sedangkan
pada laki-laki ± 5 juta/mm3
darah. Akan tetapi, jumlah itu bisa naik atau turun, tergantung dari kondisi
seseorang. Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus.
Bentuk eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut
beredar melewati kapiler-kapiler. Jumlah sel darah merah ini bervariasi
pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur. Pembentukan eritrosit disebut
juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum tulang. Pembentukkannya
diatur oleh hormon glikoprotein yang disebut dengan eritropoietin. Jangka
hidurp eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua akan ditelan oleh
sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Untuk menghitung jumlah
eritrosit pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara menghitung 8% dari berat
badan orang itu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah:
·
Jenis Kelamin pada laki-laki normal
jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1–5,8 juta per mililiter kubik darah.
Pada wanita normal 4,3–5,2 juta per mililiter kubik darah.
·
Usia Orang dewasa memiliki jumlah
eritrosit lebih banyak dibanding anak- anak.
b.
Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih ibarat serdadu penjaga
tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan
berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang
masuk melalui luka itu. Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera
melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman
dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari
sel darah putih yang mati, kuman, sel- sel tubuh, dan cairan tubuh.
Sel darah putih mempunyai nukleus
dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi
sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta
pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel
darah merah. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6
ribu–9 ribu butir/mm3,
namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah
putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang
menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3.
Kondisi sel darah putih yang turun di
bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat
antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak,
maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah
atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di
mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis.
c.
Sel Darah Pembeku (Trombosit)
Ketika kita mengalami luka pada permukaan
tubuh, maka tubuh akan mengeluarkan darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan
oleh sobeknya pembuluh darah. Pada keadaan luka yang ringan, setelah beberapa
saat darah akan berhenti mengalir. Pada saat terjadi luka pada permukaan tubuh,
komponen darah, yaitu trombosit akan segera berkumpul mengerumuni bagian yang
terluka dan akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan menutupi luka. Di
dalam darah terdapat protein (trombin) yang larut dalam plasma darah yang
mengubah fibrinogen menjadi fibrin atau benang-benang. Fibrin ini akan
membentuk anyaman dan terisi keping darah, sehingga mengakibatkan penyumbatan
dan akhirnya darah bisa membeku. Jumlah sel darah pembeku ± 250 ribu sel/mm3
darah normal dan hanya dapat bertahan hidup dengan usia 8-10 hari.
Trombosit adalah bagian sel darah yang
berperan dalam pembekuan darah. Jika jaringan tubuh terluka, trombosit
pada permukaan akan pecah dam mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim
trombokinase akan mengubah protobin menjadi trombin dengan bantuan ion Ca2+.
Trombin adalah sebuah enzim yang mengkatalis perubahan fibrinogen (protein
plasma yang dapat larut dalam plasma darah) menjadi fibrin (protein yang tidak
dapat larut dalam plasma darah). Pembentukkan benang-benang fibrin menyebabkan
luka akan tertutup.
Membran eritrosit mengandung dua
antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini disebut aglutinogen. Sebaliknya,
antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik terhadap antigen
tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan Aglutinasi (penggumpalan) eritrosit.
Antibodi plasma yang menyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin.
Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b(zat
anti B).
Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil
transferase yang mengandung asetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada rangka glikoproteinnya.
Golongan darah
manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen
dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, golongan darah tersebut dibagi menjadi 4
golongan yaitu sebagai berikut:
Antigen
(Aglutinogen), Antibodi (Aglutinin).
· Individu dengan golongan darah A dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen
(Aglutinogen) A, dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) B. Sehingga,
orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
· Individu dengan golongan darah B dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen
(Aglutinogen) B, dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) A Sehingga,
orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif.
· Individu dengan golongan darah AB dalam eritrosit (sel darah merah) mengandung Antigen
(Aglutinogen) A dan B, dan plasma darah tidak mengandung Antibodi (Aglutinin). Sehingga,
orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut Resipien
universal (orang yang menerima darah). Namun, orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama
AB-positif.
· Individu dengan golongan darah O dalam eritrosit (sel darah merah) tidak mengandung Antigen
(Aglutinogen), dan plasma darah mengandung Antibodi (Aglutinin) A dan B. Sehingga,
orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut Donor Universal (Orang yang mendonorkan darah).
Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari
sesama O-negatif.
Secara singkat, golongan darah
sistem ini daat dilihat pada tabel berikut ini :
Gol.
Darah
|
Anti
A
|
Anti
B
|
Anti
AB
|
Anti
O
|
A
|
+
|
-
|
+
|
+
|
B
|
-
|
+
|
+
|
+
|
AB
|
+
|
+
|
+
|
+
|
O
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Ket : ( + )
Menggumpal
( - )
Larut
Transfusi darah adalah pemberian darah
seseorang kepada orang lain. Orang yang berperan sebagai pemberi darah disebut
dengan donor. Orang yang menerima darah disebut resipien. Golongan darah AB
merupakan resipien universal karena dapat menerima semua jenis golongan darah.
Sebaliknya, golongan darah O adalah donor universal karena dapat ditranfusikan
kepada semua jenis golongan darah. Alasan terbanyak melakukan transfusi darah
adalah karena penurunan volume darah dan untuk memberi resipien beberapa unsur
dari darah yang dibutuhkan.
2.2 Penggolongan Darah Sistem Rhesus
Pada
sistem rhesus, terdiri dari Rhesus Positif
dan Rhesus Negatif. Sebagian besar
orang asia termasuk Indonesia memiliki rhesus positif, sedangkan rhesus negatif
pada umumnya dimiliki oleh orang luar. Seseorang yang memiliki rhesus positif
darahnya akan mengalami aglutinasi apabila diberikan anti-Rh. Sedangkan rhesus
negatif, tidak akan bereaksi apabila diberikan anti-Rh.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 7 April 2014 pukul 10.30–13.00 WIB, dan
bertempat di Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia, Fakultas Farmasi dan
Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
3.2
Alat dan Bahan
ü Kartu Golongan Darah
ü Lanset
ü Jarum Frankle
ü Jarum Pentul
ü Serum Anti A
ü Serum Anti B
ü Serum Anti AB
ü Serum Anti D (Rh)
3.3
Prosedur Kerja
1.
Sediakan
gelas objek yang bersih.
2.
Bersihkan
ujung jari tengah yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%.
3.
Kemudian
tusuk jari telunjuk tersebut dengan jarum lanset.
4.
Setelah
darah keluar, teteskan darah pada kartu uji sebanyak 4 kali pada
tempat yang berbeda sesuai nomor.
5.
Tetesi
tetesan darah pertama dengan anti serum A lalu aduk dengan ujung jarum pentul.
6.
Tetesi
tetesan darah kedua dengan anti serum B lalu aduk dengan ujung jarum pentul.
7.
Tetesi
tetesan darah ketiga dengan anti serum AB lalu aduk dengan ujung jarum pentul.
8.
Amatilah
hasilnya apakah terjadi aglutinasi (penggumpalan darah) atau tidak pada tetesan
darah tersebut yang telah dicampur dengan serum.
9.
Lalu
tentukan golongan darahnya.
10.
Ulangi
langkah 1 sampai 9, lakukan sebanyak jumlah praktikan yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Praktikum
Dari
hasil praktikum tentang penentuan golongan darah yang telah kami lakukan, data
yang dapat kami ambil yaitu berupa sampel-sampel darah yang telah dicampur
dengan serum. Data-data tersebut kami buat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
No.
|
Nama Mahasiswa
|
Serum Anti A
|
Serum Anti B
|
Serum Anti AB
|
Serum Anti D (Rh)
|
Gol. Darah
|
1.
|
Astie
Afriani
|
-
|
-
|
-
|
+
|
O
|
2.
|
Tatang
|
-
|
+
|
+
|
+
|
B
|
3.
|
Septi
|
+
|
-
|
+
|
+
|
A
|
4.
|
Yossa
|
+
|
+
|
+
|
+
|
AB
|
5.
|
Desi.
P
|
+
|
-
|
+
|
+
|
A
|
Ket : ( + ) Menggumpal
( - )
Larut
4.2
Pembahasan
Untuk
menentukan golongan darah manusia itu bisa dengan sistem ABO yang terdiri dari
4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O dan sistem yang lainnya yaitu sistem
rhesus yaitu ada 2 rhesus positif dan rhesus negatif.
Berdasarakan dari hasil praktikum yang
telah di lakukan ternyata dari beberapa relawan di dapatkan golongan darah
mereka yaitu A+ , B+ , AB+ dan O+. Ternyata memang benar bila tetesan darah di
campur dengan serum maka akan dapat melihat darah tersebut termasuk golongan
darah A, B, AB atau O.
Sebagai
contoh dari hasil data praktikum yang telah di lakukan :
·
Untuk golongan darah A+ yang dimiliki oleh Septi dan Desi bila tetesan darahnya di campur dengan serum anti A maka akan
menggumpal (+), dengan anti B maka tidak akan menggumpal/ Larut, dengan anti AB
maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal (+).
·
Untuk golongan darah B+ yang dimiliki oleh Tatang bila tetesan darahnya di campur
dengan anti A maka tidak akan menggumpal/ larut (-), dengan anti B maka akan
menggumpal (+), dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh)
maka akan menggumpal (+).
·
Untuk golongan darah AB+ yang dimiliki oleh Yossa bila tetesan darahnya di campur
dengan anti A maka akan menggumpal (+), dengan anti B maka akan menggumpal (+),
dengan anti AB maka akan menggumpal (+), dengan anti D (Rh) maka akan
menggumpal (+).
·
Untuk golongan darah O+ yang dimiliki oleh Astie Afriani bila tetesan darahnya di
campur dengan anti A maka tidak akan menggumpal/ Larut (-), dengan anti B maka
tidak menggumpal/ larut (-), dengan anti
AB maka tidak menggumpal/ larut (-) dengan anti D (Rh) maka akan menggumpal
(+).
Untuk
golongan darah yang memiliki anti gen dan anti bodi dalam golongan darah yaitu
bisa kita lihat dari tabel berikut ini antara lain :
Gol.
Darah
|
Aglutinogen
(Antigen) pada Eritrosit
|
Aglutinin
(Antibodi) pada Plasma Darah
|
A
|
A
|
B
|
B
|
B
|
A
|
AB
|
A
dan B
|
-
|
O
|
-
|
A
dan B
|
Pada
percobaan penentuan golongan darah ini digunakan sistem golongan darah ABO.
Sistem darah ABO ini didasarkan pada antigen (A dan B) yang terdapat pada
permukaan eritrosit dan antibody atau aglutinin (α dan β) dalam plasmanya.
Antigen ini merupakan suatu glikoprotein yang ada tidaknya adalah sebagai dasar
pembeda pada penentuan golongan darah seseorang, sedangkan antibody merupakan
suatu molekul protein yang dihasilkan oleh sel-B untuk merespon adanya
antigen.
Penggolongan
sistem ABO adalah sebagai berikut:
(Sumber
: www.blopress.com)
Sedangkan
struktur darahnya adalah :
(Sumber
: www.blopress.com)
(Sumber
: www.blopress.com)
Hal
ini dapat dikatakan bahwa golongan darah 0 dapat memberikan ke semua jenis
golongan darah, mengingat bahwa golongan darah 0 tidak memiliki antigen sama
sekali. Sehingga kesimpulannya bahwa golongan darah 0 adalah sebagai donor
universal. Sedangkan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan,
mengingat bahwa golongan darah AB memiliki
2 jenis antigen, namun tidak memiliki aglutinin sama sekali. Sehingga, golongan
darah AB adalah sebagai resipien universal.
4.3
Pewarisan Golongan Darah A-B-O
Dalam kehidupan sehari-hari pewarisan golongan
darah pada anak itu bukan hal yang luar biasa lagi tapi hanya menjadi hal biasa
karena itu pewarisan dari orang tua dari anak tersebut. Salah satu aplikasi
(manfaat) mempelajari golongan darah seseorang adalah untuk transfusi
darah. Oleh karena itu, dikenal istilah donor (yang memberikan darah) dan
resipien (yang menerima transfusi darah). Begitu pentingnya darah bagi
kehidupan manusia, penelitian mendalam tentang darah sangat banyak
dilakukan. Dua komponen penyusun darah adalah sel-sel darah (leukosit dan
eritrosit) dan cairan (plasma). Plasma sendiri, terdiri dari atas
fibrinogen (protein untuk pembekuan darah) dan serum.
Penelitian mengenai penggolongan darah diawali
oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1901. Karl Landsteiner (1868-1943)
adalah seorang ahli patologi berdarah Austria-Amerika yang lahir di
Wina. Dia mempelajari patologi sejak 1909 hingga 1919 di
Universitas Wina. Landsteiner adalah anggota The
Rockefeller Institute for Medical Research (sekarang
Universitas Rockefeller) di New York City (1922-1939). Klasifikasi
modern golongan darah yang dibuat oleh Landsteiner membawa dia kepada
Hadiah Nobel dalam bidang fisiologi atau pengobatan pada
tahun 1930. (Sumber : Microsoft Encarta Premium 2006).
Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa di
dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat suatu substansi asing
yaitu antigen yang akan bereaksi dengan substansi pada plasma darah
yaitu antibodi (zat anti). Selanjutnya, penggolongan darah pada manusia
ini didasarkan pada antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam
eritrosit.
Pewarisan golongan darah ini ditentukan oleh
adanya alel ganda (beberapa alel atau seri alel yang terdapat dalam satu
lokus yang sama). Simbol untuk alel tersebut adalah I (berasal dari kata
isoaglutinin, merupakan protein pada permukaan sel eritrosit). Orang yang
mampu membentuk aglutinogen A akan mempunyai alel IA, yang mampu membentuk aglutinogen B mempunyai
alel IB, dan yang
mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel IA dan IB.
Sementara itu, orang yang tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B
mempunyai alel resesif i.
Golongan darah ditentukan oleh adanya interaksi alel-alel tersebut.
Jika pria bergolongan darah A menikah dengan
wanita bergolongan darah B, maka kemungkinan golongan darah anak-anak yang
dilahirkan adalah sebagai berikut :
P ♀IAIA x ♂IBIB
Atau IAi
Gamet
IA dan i IB
dan i
F1 25% IAIB (Golongan AB)
25% IAi (Golongan A)
25% IBi (Golongan B)
25% ii (Golongan
O)
Penggolongan Darah
Sistem A,B,O dan Alelnya
Golongan
darah (fenotip)
|
Antigen
dalam eritrosit
|
Alel
dalam kromosom
|
Genotip
|
A
|
A
|
IA
|
IA IA atau
IAi
|
B
|
B
|
IB
|
IB IB atau
IBi
|
AB
|
A dan
B
|
IA dan
IB
|
IB IA
|
O
|
-
|
i
|
ii
|
(Sumber
: Suryo, Genetika Manusia, hlm. 349)
4.4 Pewarisan Golongan
Darah Sistem MN
Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner
dan Lavine, didasarkan pada ada tidaknya antigen M dan N. Jika pada
penggolongan darah A, B, AB, dan O terdapat antibodi dalam darah
seseorang, maka pada golongan darah ini darah seseorang tidak mengandung
antibodi M atau N. Oleh karena itu, untuk menguji apakah
seseorang mempunyai antingen M atau N atau keduanya digunakan
antibodi dari kucing. Dengan tidak adanya antingen M atau N dalam darah
manusia, maka penggolongan darah dengan sistem ini tidak
berpengaruh atau tidak berperan dalam transfusi darah.
Penggolongan Darah
Sistem MN dan Alelnya
Golongan darah (fenotip)
|
Reaksi terhadap antibodi (antiserum)
|
Alel dalam kromosom
|
Genotipe
|
|
Anti-M
|
Anti-N
|
|||
M
|
+
|
-
|
LM
|
LM LM
|
N
|
-
|
+
|
LN
|
LN LN
|
MN
|
+
|
+
|
LM dan
LN
|
LM LN
|
Keterangan:
(+) aglutinasi, dan (–) tidak
aglutinasi
|
4.5 Golongan Darah Sistem
Rhesus
Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh
Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan ada tidaknya faktor Rh (Rhesus) dalam
eritrosit, golongan darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu jika
mempunyai antigen Rh dan golongan darah Rh-, jika tidak mempunyai
antigen Rh. Transfusi atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda
dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh
yang disebut incompatibilitas rhesus.
Golongan Darah Sistem
Rhesus
Fenotipe
|
Genotipe
|
Macam gamet
|
Rh
+
|
IRhIRh,
IRhIrh
|
IRh dan
Irh
|
Rh
-
|
Irh Irh
|
Irh
|
Pada perkawinan antara pria
Rh+ homozigot (IRhIRh) dengan wanita Rh– homozigot (Irh
Irh), semua anak yang dilahirkan akan mempunyai Rh+. Fetus dalam
tubuh ibu akan menerima zat makanan atau menerima pertukaran gas
dan air melalui saluran penghubung yang disebut plasenta.
Nah,
jika seorang ibu Rh- mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi
lahir, eritrosit-eritrosit bayi yang mengandung antigen Rh masuk
dalam aliran darah ibu. Dengan demikian, darah ibu akan membentuk
antibodi. Bayi pertama yang dilahirkan akan selamat.
Pada kehamilan berikutnya tentu dihasilkan
anak Rh+ lagi. Karena ibu telah mempunyai anti-Rh, maka akan
beraglutinasi dengan antigen Rh pada bayi yang dikandungnya. Akibatnya,
eritrosit bayi akan rusak dan mengalami kelebihan zat bilirubin yang
akan masuk ke dalam sirkulasi darah ibu :
(a)
Urat darah plasenta pecah, memungkinkan
keluarnya antigen Rh bayi.
(b)
Antigen fetus masuk ke limpa ibu dan
ibu membentuk antibodi.
(c)
Antibodi dari ibu masuk ke plasenta
dan terjadi reaksi antigen Rh dan antibodi Rh
Kelebihan dan penimbunan bilirubin tersebut
menyebabkan penyakit kuning, ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh
menggembung oleh cairan, hati dan limfa membengkak, dalam darah banyak
eritrosit yang belum masak (eritroblas), serta otaknya rusak.
Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya,
bayi penderita penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa
saat saja masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
Kelebihan dan penimbunan
bilirubin tersebut menyebabkan penyakit kuning, ditandai dengan kulit bayi
yang kuning, tubuh menggembung oleh cairan, hati dan limfa membengkak,
dalam darah banyak eritrosit yang belum masak (eritroblas), serta otaknya
rusak. Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya,
bayi penderita penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa
saat saja.
Sementara itu, perkawinan antara wanita Rh- dengan
pria Rh+ heterozigot masih mempunyai kemungkinan menghasilkan bayi normal.
Contoh
soal penentuan dan presentase golongan darah yang akan muncul di anak.
Untuk
menentukan golongan darah anak yang terdiri dari golongan darah ayah A
heterozigot dan ibu golongan darah AB, maka tentukan golongan darah anakanya
dan presentasenya ?
Ayah Ibu
A AB
IAIO X
IAIB
IAIA IAIB IAIO IBIO
A AB A B
Berdasarkan
tabel di atas ternyata memang benar kemungkinan golongan darah yang akan muncul
yaitu A, B, dan AB.
Untuk
presentasinya sebagai berikut :
Gol.
Darah A : 24𝑥 100 %=50%
Gol.
Darah B : 14𝑥 100 %=25%
Gol.
Darah AB : 14𝑥 100 %=25%
Dari
contoh soal ini kita dapat mengetahui beberapa kemungkinan gol. Darah anaknya
yang akan terjadi antara A, B, dan AB. Tetapi setelah dilakukan presentsinya
kemungkinan besar gol. Darah anaknya yang akan terjadi yaitu golongan darah A.
Sekitar
± 85% orang-orang Asia dan Eropa mempunyai golongan Rhesus Positif (Rh
Positif). Pada ±15% sisanya kebanyak di Eropa, yang sel-selnya tidak
diagglutinasikan (tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh
negatif).
Secara
kesehatan golongan Rhesus (Rh) sangat penting untuk di ketahui karena dengan
mengetahui Rhesus maka kita bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari tujuan praktikum dan
dari hasil praktikum yang telah kami lakukan tentang penentuan golongan darah.
Bahwa dengan melakukan praktikum ini kami lebih banyak mengetahu bagaimana cara
mengetahui golongan darah pada manusia yang memiliki dua sistem yaitu sistem
ABO yaitu golongan darah A, B, AB dan O dan sistem Rhesus yaitu Rhesus Positif
(Rh+) dan Rhesus Negatif (Rh-).
Tes golongan darah ABO adalah tes golongan darah yang banyak
digunakan untuk mengetahui golongan darah secara umum. Tes golongan darah ABO menggunakan anti serum A,
anti serum B, anti serum AB. Anti serum A akan menolak golongan darah yang
mengandung antigen a sehingga terjadi penggumpalan. Begitu juga dengan anti
serum B akan menolak golongan darah yang mengandung antigen b. maka uji
golongan darah tidak bisa dilakukan dengan satu anti serum karena untuk darah
yang menggumpal ketika ditetesi serum anti a/ serum anti b masih ada
kemungkinan bahwa darah tersebut bergolongan AB. Golongan AB juga memberikan
reaksi serum anti a/ antib karena golongan AB mempunyai antigen a dan b.
Untuk penentuan dengan menggunakan sistem ABO dapat dilakukan
dengan menggunakan serum Anti A (alfa), Anti B (beta), Anti AB (alfa-beta), dan
Anti D (Rhesus). Selain itu kami juga banyak mengetahui golongan darah mana
yang dapat sebagai pendonor dan sebagai penerima. Untuk laki-laki yang memiliki
Rhesus positif (Rh+) di harapkan untuk tidak menikahi wanita yang memiliki
Rhesus negatif (Rh-) dikhawatirkan terjadi masalah dengan janin yang akan di
kandung oleh ibu bila janin yang di kandung itu memiliki Rhesus positif (Rh+)
mengikuti Rhesus dari Ayahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin,2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Watson, Roger. 2002. Anatomi
dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC
Anderson, Paul D. 2008. Anatomi
& Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi
dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Download PDF DISINI
Artikel Terkait
Luangin waktumu untuk Share this article with your friends