LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
TELINGA MANUSIA
KELOMPOK/GELOMBANG : 1 / 2
Ahmad Rois
(1304015003)
Astie
Afriani (1304015078)
Lisa
Yuliana (1304015284)
Rostuti
(1304015460)
Yohana
Zerlinda (1304015558)
KELAS : 2G
DOSEN PEMBIMBING
Dwitiyanti, M. Farm, Apt
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangannya
peradaban manusia membuat orang mencari dan memperluas ilmu pengetahuan yang
mereka miliki disegala bidang keilmuan seperti ilmu biologi. Biologi
mempelajari tentang makhluk hidup, interaksi antara makhluk hidup yang satu
dengan yang lain serta interaksi dengan lingkungannya. Salah satu makhluk hidup
yang dikaji dalam biologi adalah manusia, dimana dalam ilmu biologi kita
mempelajari dari sisi anatomi dan fisiologi tubuh manusia, sehingga dalam ilmu
biologi terdapat cabang ilmu yang khusus membahas anatomi dan fisiologi tubuh
manusia.
Berbicara
tentang anatomi manusia berarti kita akan berbicara tentang potongan tubuh
manusia Karena anatomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari ana yang
artinya memisah-misahkan atau mengurai. Dan tomos yang artinya memotong-motong,
jadi anatomi berarti mengurai dan memotong.
Ilmu
bentuk dan susunan tubuh di peroleh dengan cara mengurai badan melalui potongan
bagian-bagian dari badan dan hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya
sedangkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal fungsi atau pekerjaan
dari tiap jaringan tubuh atau bagian dai alat tubuh tersebut dan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang sakit kita harus terlebih
dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat-alat dari susunan tubuh manusia
yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan
dan organ yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Tubuh manusia
terdiri dari sel, jaringan, organ, dan system organ. Dalam tubuh manusia
disusun oleh rangka, dimana rangka ini diliputi oleh otot-otot yang juga
menyusun tubuh dan melindungi organ lain dalam tubuh mahluk hidup.
Secara umum telinga terbagi atas
telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga,
liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani (Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997).
Daun
telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah
liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga
lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi
kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun
telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang
lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi
bunyi sebesar 3500 Hz (Mills JH et al, 1997).
Telinga
tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi
atas
tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas
atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari
membran
timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani (Liston
SL et al,1989; Pickles JO,1991).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini,
hanya sebatas membahas tentang golongan darah, untuk lebih mengetahui detail
tentang organ manusia yaitu Telinga. Kemudian timbul pertanyaan di benak kami:
“Bagaimana cara mengetahui bagian-bagian telinga?”
Dengan modal pertanyaan di atas,
kami berharap akan menemukan jawaban yang tepat supaya kita dapat mengetahui
labih jauh tentang telinga manusia.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini
adalah :
1.
Mengetahui fungsi dari bagian-bagian
telinga tersebut.
2. Mengetahui bagaimana proses kita bisa
mendengar suara.
3. Kelainan
pada telinga manusia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Telinga
Menurut
Wikipedia Bahasa Indonesia telinga merupakan sebuah organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan
posisi tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan
sampai manusia, dengan beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.
Setiap
vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris
pada bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan
lokalisasi suara.
Suara
adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya,
dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi
pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat.
Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga
dan otak (nervus vestibulokoklearis).
Bagian-bagian
telinga pada manusia ada tiga :
1.
Telinga
Luar
a.
Daun Telinga (pinna), fungsinya adalah
mem-bantu mengarahkan bunyi atau suara yang masuk ke lubang telinga yang
kemudian diteruskan ke gendang telinga.
b.
Lubang Telinga (meatus auditorius
eksternus), fungsinya adalah menangkap suara atau bunyi yang ada disekeliling
kita. Lubang telinga atau liang telinga ini adalah bagian terpenting dari
seluruh bagian-bagian telinga. Di lubang telinga ini akan menghasilkan kelenjar
yang kemudian menjadi kotoran yang menumpuk di dalam telinga,oleh sebab itu
kita harus secara rutin membersihkan kotoran-kotoran ini.
c.
Gendang Telinga (membran timpani),
fungsinya adalah menerima dan meneruskan getaran-getaran suara menuju ke tulang
pendengaran.
2.
Telinga
Tengah
a.
3 Tulang Pendengaran, yaitu martir
(malleus), landasan (incus) dan sanggurdi (stapes), fungsinya adalah meneruskan
getaran suara yang disampaikan dari gendang telinga, getaran-getaran suara ini
akan diteruskan oleh masing-masing tulang pendengaran ini secara berurutan dari
martir ke landasan sampai sanggurdi yang kemudian diteruskan ke rumah siput
(klokea).
b.
Saluran Eustachius, fungsinya adalah
menghubung-kan ruang telinga bagian tengah sampai kebelakang faring. Saluran ini
akan tertutup dalam kondisi biasa, dan mulai terbuka ketika kita sedang
mengunyah makanan atau sedang menguap.
3.
Telinga
Dalam
a.
Tulang Labirin (labirinosea), yang merupakan rangkaian dari rongga tulang pelipis
yg di-lapisi oleh periosteum. Pada lapisan periosteum ini, mengandung cairan
yang bernama perilimfe & labirin membranasea yang posisinya berada
lbh dlm dan mempunyai cairan endolimfe.
b.
Rumah Siput (klokea), pada rumah siput
ini terdapat penampung melintang yg terdiri dari skala media skala
vestibuli, dan skala timpani. Skala vestibuli ini terhubung dengan stapes lewat
jendela ber-selaput (tingkap oval). Sedangkan skala timpani terhubung dgn
telinga tengah melalui tingkap bulat.
2.2 Sensitivitas
Telinga
Telinga paling sensitif dalam kisaran
2-5.000 Hz. Telinga dalam kondisi baik memerlukan intensitas tambahan kira-kira
30dB untuk mendeteksi suara berfrekuensi 100 Hz dibanding suara berfrekuensi
1.000 Hz.
Sensitivitas berubah seiring usia.
Semakin tua usia, maka pendengaran terhadap frekuensi tinggi semakin lemah
pula. Penurunan sensitivitas ini diakibatkan karena pada usia tua. Selain itu,
penurunan sensitivitas dapat lebih cepat terjadi apabila telinga terbiasa
dengan suara keras, hal ini terjadi karena penurunan sensitivitas pendengaran
akibat penuaan disebut presbikusis. Sifat suara yang disebut kekerasan/
kekuatan adalah respon mental terhadap intensitas akustik yang kita dengar.
Kekuatan suatu suara sebanding dengan logaritma intensitasnya dan rentang
intensitas minimum yang dapat direspon oleh telinga kita.
Kekuatan suara juga sangat bergantung
pada frekuensi. Pada frekuensi 30 Hz suara nyaris tidak dapat terdengar dan
menimbulkan persepsi bahwa suara dengan frekuensi tersebut sama kerasnya dengan
suara frekuensi 4.000 Hz. Satuan phon menyatakan kekerasan suara dalam 1.000
Hz, dimana menyatakan tiap desibel dari 1.000 Hz. Contohnya untuk 1 desibel
dalam 1.000 Hz adalah 1 phon. Kekerasan suara yang lazim pada ambang
pendengaran percakapan pada 40 dan 60 phon. Ambang rasa dalam pendengaran
adalah sekitar 100dB pada semua frekuensi. Pada rentang frekuensi 300-3.000 Hz
merupakan rentang frekuensi yang penting untuk memahami percakapan. Ketika
telinga memiliki sensitivitas yang sama dengan frekuensi rendah, seperti pada
frekuensi 3.000 Hz maka kita akan mendengar berbagai kebisingan fisiologik,
misalnya aliran darah di arteri kepala, gerakan sendi, dll.
2.3 Fungsi Telinga
Telinga
merupakan satu-satunya indra pendengangan manusia. Fungsi utama organ telinga dari manusia
adalah mendeteksi & mengenali bunyi atau suara. Bagian utama dari telinga
adalah telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Cara
kerja telinga sendiri hanya sebagai pendeteksi suara, selanjutnya suara
disampaikan keotak kita melalui syaraf yang menghubungkan telinga ke dalam
otak. Selain sebagai pendeteksi suara, telinga ini juga digunakan sebagai
penyeimbang posisi tubuh manusia. Bisa dilihat posisi telinga kiri dan telinga
kanan simatris pada setiap manusia normal.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pada
praktikum tentang rangka, dan organ reproduksi wanita, di lakukan di
Laboratorim Anatomi Fisiologi Manusia Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Fakultas Farmasi dan Sains di lantai satu, praktikum tentang materi ini
dilakukan selama 2 kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 14 April 2014, dan
pada hari Senin, 21 April 2014. Praktikum ini dimulai pada pukul 10.30 – 13.00
WIB.
3.2
Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.
Alat peraga telinga.
3.3
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.
Bagian-bagian telinga yang ada pada
manusia.
3.4
Prosedur kerja
Adapun cara kerja
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Pembagian materi untuk setiap
kelompok.
2.
Kelompok yang mendapatkan giliran
untuk persentasi, langsung menyampaikan presentasi materi yang mereka dapatkan.
3.
Selain mempresentasikan dengan
berbicara dan menulis di depan, kelompok yang sedang persentasi juga
menggunakan alat peraga untuk mempermudah dalam memahami materi yang
disampaikan.
4.
Selain menunjukan bagian-bagian yang
ada pada alat peraga, kelompok yang berpresentasi juga harus menyebutkan fungsi
dari setiap organ-organ yang mereka sebutkan.
5.
Setelah selesai menyebutkan nama dan
fungsi dari organ-organ yang dipresentakasikan, kelompok yang sedang
berpresentasi juga harus memberikan contah penyakit yang berhubungan dengan
alat peraja yang mereka gunakan dan memberikan solusi untuk pengobatan ataupun
untuk pencegahan.
6.
Jika semua itu sudah di lakukan,
kelompok harus membuka sesi tanya jawab antar mahasiswa yang memberikan materi
ataupun yang mendengarkan materi yang sedang dibahas.
7.
Jika sudah selesai, berikan kesimpulan
terhadap presentasi yang telah disampaikan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
A. Hasil
Dari hasil praktikum tentang telinga
yang telah kami lakukan, data yang dapat kami ambil yaitu berupa nama-nama
bagian telinga yang ada pada alat peraga. Nama-nama tersebut berdasarkan
nomor-nomor yang telah ditandai disetip alat peraga teling yang ada di
laboratorim. Urutan- urutannya adalah sebagai berikut :
Data
Hasil Pengamatan :
No.
|
Nama Organ
|
1.
|
Helix
|
2.
|
Lipatan
antihelix/schapa
|
3.
|
Antihelix
|
4.
|
Concha
quriculae
|
5.
|
Tragus
|
6.
|
Lubang
telinga
|
7.
|
Tulang
temporal
|
8.
|
Gendang
telinga
|
9.
|
Tulang
temporal
|
10.
|
Tuba
eusthacius
|
11.
|
Tulang
martil (malleus)
|
12.
|
Tulang
landasan (Incus)
|
13.
|
Ductus
Cochlearis
|
14.
|
Area
Cochlearis
|
15.
|
Capula
Cochlearis
|
16.
|
Ductus
Cochlearis
|
17.
|
Canalis
Semircularis Anterior
|
18.
|
Canalis
Semirculari Pasterior
|
19.
|
Canalis
Semiculari Lateral
|
20.
|
Cras
membran rommape
|
B.
Pembahasan
Pada manusia teling merupakan sebuah
organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk energi yang bergerak
melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun
telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di
otak dan sistem saraf pusat.
Rangsangan suara disampaikan ke otak
melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak. Pada bagian telinga ada
beberapa istilah-istilah yang merupakan bagian-bagian dari telinga tersebut
yaitu :
a.
Alvis/Incus
: Salah satu tulang pendengar dalam rongga telinga tengah.
b.
Coclea
: Berbentuk seperti rumah siput yang didalamnya terdapat ductus koklearis yang
berisi cairan endolimfe dan banyak reseptor pendengar.
c.
Stapes
: Salah satu dari tiga tulang pendengar
pembalut sanggurdi disebut demikian karena menyerupai sanggurdi.
d.
Eustachian
tube
: Merupakan penghubung telinga tengah dengan faring , funsinya adaalh untk
keseimbangan anatara sisi timpani dengan membuka atau menutup pada keadaan
biasa tube menutup tapi membuka pada saat menguap, menelan, atau menyunyah.
e.
Hammer/malleus
: Tulang pertama dari tiga tulang pendengar, pengantar gerakan, bunyi di dalam
telinga tengah yang melekat pada selaput gendang.
Telinga
pada manusia memiliki fungsi masing-masing pada bagiannya, fungsi dari bagian
itu antar lain:
1.
Telinga luar : fungsinya untuk menangkap
suara.
2.
Telinga tengah : fungsinya untuk
menjaga tekanan udara agar seimbang.
3.
Telinga dalam : fungsinya untuk
menerima rangsangan bunyi dan mengirimkannya berupa implus ke otak.
Telinga
pada manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1.
Telinga
Luar Bagian
Luar
merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga,
lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga
atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga
atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan
yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan
bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan
tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis. Di dalam saluran terdapat banyak
kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran
telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki
rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke
telinga dalam.
Peradangan
pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya
terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita
diabetes mellitus.
2.
Telinga
Tengah
Telinga
tengah adalah rongga udara di belakang gendang telinga, yang meliputi, 3 tulang
pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan sanggurdi atau
stapes). Ujung dari saluran Eustachius juga berada di telinga tengah. Getaran
suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke
tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan
getaran ke koklea atau rumah siput. Pada manusia dan hewan darat lainnya,
telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal.
Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan
dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga
tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachius dan
telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini
menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat
lepas landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara
sekitar. Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah
merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanism e
men gun ya h s esu atu atau m en gu ap.
3.
Telinga
Dalam
Telinga
dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada
tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe &
labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea
terdiri dari tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani.
Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui
jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala
media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah
bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat
organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti
terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran
tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan
dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis. Telinga sebagai
organ keseimbangan. Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat
Indra Pengatur Keseimbangan atau organ Vestibular. Bagian ini secara struktural
terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus
serta tiga saluran setengah lingkaran atau Saluran Gelung atau semisirkular.
Kelima
bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan Tubuh dan memiliki sel rambut yang
akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf Pendengaran.
4.2 Proses Mendengar
Bunyi
— Daun Telinga — Saluran Telinga — Gendang Telinga –Tulang maleus — tulang
inkus — Tulang Stapes — Jendela Oval — Rumah Siput (koklea) — Cairan Limpa —
Otak — Mendengar.
Proses Mendengar pada Manusia Suara
atau bunyi yang masuk ditangkap oleh daun telinga, kemudian diteruskan kedalam
liang telinga luar yang akan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan
diteruskan dan diperkuat oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan
yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes akan menggetarkan tingkap lonjong (oval
window ) pada rumah siput yang berhubungan dengan scala vestibuli sehingga
cairan didalamnya yaitu perilimf ikut bergetar.
Getaran tersebut akan dihantarkan ke
rongga dibawahnya yaitu scala media yang berisi endolimf sepanjang rumah siput.
Didalam scala media terdapat organ corti yang berisi satu baris sel rambut
dalam (Inner Hair Cell) dan tiga baris sel rambut luar (Outer Hair Cell) yang
berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik yang akan diterima oleh
saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau meneruskan rangsangan energi
listrik tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga kita bisa
mendengar suara atau bunyi tersebut dengan sadar.
4.3 Menguji
Pendengaran
Ada
2 uji standar untuk menilai pendengaran seseorang :
1. Audiometri
nada murni
Uji ini dilakukan dalam kamar uji
kedap suara, telinga diuji pendengarannya satu per satu melalui headset khusus.
Kemudian pasien memberi tanda apabila mendengar suara tersebut. Uji ini
menggunakan rentang frekuensi 250-8.000 Hz. Pada setiap frekuensi, volume
dinaikkan dan diturunkan sampai diperoleh ambang pendengaran yang konsisten .
Hasil uji ini dibandingkan dengan ambang pendengaran normal dalam bentuk kurva.
Ambang pendengaran normal di masing-masing frekuensi dianggap nol desibel. Pada
kurva pendengaran tak normal memperlihatkan ambang pendengaran seseorang yang
pendengarannya tidak sempurna, terjadi penurunan pendengaran yang tajam di
kedua telinga pada sekitar 4kHz. Pada kasus ini penurunan pengdengaran tersebut
disebabkan oleh kerusakan saraf parsial di koklea. Penurunan pendengaran tidak
sama di semua frekuensi.
2. Audiometri bicara Pengukuran impedansi (immitance)
Untuk menilai fungsi telinga tengah Immitance
mencakup impedansi dan admittance. Impedansi akustik adalah kuantitas yang
menerangkan oposisi terhadap aliran energi suara.pabila telnga tengah mengalami
gangguan fungsi akibat rangkaian osikulus terputus, gendang telinga berlubang,
atau tuba Eustachius tertutup dan telinga tengah dipenuhi oleh cairan, maka
impedansi telinga tengah beubah. Untuk mengetahui intensitas bunyi yang
diteruskan, hal yang harus diketahui adalah intensitas bunyi yang masuk dan
intensitas bunyi yang dipantulkan. Intensitas bunyi yang sampai ke gendang
telinga harus sama dengan jumlah intensitas bunyi yang dipantulkan dan
diteruskan.
Ketika intensitas bunyi yang
diteruskan meningkat, hal ini berarti pencocokan impedansi menjadi semakin
baik. Penyebab impedansi akustik dianggap sebagai kekakuan gendang telinga.
Kebalikan dari impedansi(kekakuan) adalah admittance (kelenturan).
Proses pengukuran immitance telinga
tengah : sumbat dimasukkan dan ditutupkan ke dalam saluran telinga, dan energi
suara dari sebuah pengeras suara suara kecil yang dijalankan oleh sebuah
osilator 220 Hz yang diarahkan ke gendang telinga. Intensitas bunyi yang
dipantulkan sangat bergantung pada kekakuan gendang telinga. Kekakuan gendang
telinga bergantung pada tekanan udara di saluran telinga.
4.4 Gangguan Pada
Telinga Anak
Beberapa Gangguan Pendengaran pada
Anak. Gangguan pendengara pada anak biasanya dibedakan menjadi tiga berdasarkan
saat terjadinya gangguan pendengaran yaitu :
a.
Pada saat kehamilan atau dalam
kandungan (PRENATAL)
Yang
berkaitan dengan keturunan (genetik).
Yang tidak berkaitan dengan keturunan seperti Infeksi pada kehamilan
terutama pada awal kehamilan/trimester pertama (Toxoplasmosis, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis), kekurangan zat gizi, kelainan struktur
anatomi serta pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan yang
berpotensi menggangu proses pembentukan organ dan merusak sel-sel rambut
dirumah siput seperti salisilat,kina, neomycin, streptomisin,
gentamisin,thalidomide barbiturate dll.
b.
Pada saat Kelahiran atau Persalinan
(PERINATAL)
Beberapa
keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan faktor resiko untuk
terjadinya gangguan pendengaran seperti tindakan dengan alat pada saat proses
kelahiran (ekstraksi vakum,tang forsep), bayi lahir premature (< 37
mgg),berat badan lahir rendah (< 2500 gr), lahir tidak menangis (asfiksia),
lahir kuning (hiperbilirubinemia). Biasanya jenis gangguan pendengaran yang
terjadi akibat faktor prenatal dan perinatal ini adalah tipe saraf / sensori
neural dengan derajat yang umumnya berat atau sangat berat dan sering terjadi
pada kedua telinga.
c.
Pada saat setelah Persalinan
(POSTNATAL)
Pada
saat pertumbuhan seorang bayi dapat terkena infeksi bakteri maupun virus
seperti Rubella (campak german), Morbili (campak), Parotitis, meningitis
(radang selaput otak), otitis media (radang telinga tengah) dan Trauma kepala.
Bayi yang mempunyai faktor resiko diatas
mempunyai kecenderungan menderita gangguan pendengaran lebih besar dibandingkan
bayi yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut. Seorang anak harus diperiksa fungsi pendengarannya segera
setelah dicurigai terdapat faktor-faktor resiko diatas atau anak tidak bereaksi terhadap bunyi-bunyian
disekitarnya (tepukan tangan, suara mainan, terompet, sendok yang dipukulkan ke
gelas/piring dll) dan terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.
4.5 Kelainan
/penyakit pada Telinga
1.
Radang
telinga (Otitas Media)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri dan sering menyerang pada anak-anak. Gejalanya adalah sakit pada telinga, demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah dan kelainan ini dapat memecahkan gendang telinga.
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri dan sering menyerang pada anak-anak. Gejalanya adalah sakit pada telinga, demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah dan kelainan ini dapat memecahkan gendang telinga.
2.
Gendang
telinga yang pecah.
Dapat
terjadi ketika gendang telinga berlubang disebabkan oleh tekanan cairan didalam
telinga tengah. Setelah pecah, cairan mengalir keluar dari kanal telinga,
membebaskan tekanan dan nyeri didalam telinga tengah. Operasi mungkin
diperlukan untuk memperbaiki lubang,walaupun lubang-lubang umumnya sembuh
sendiri. Lubang-lubang jarang terjadi dan pendengaran umumnya tidak melemah. Infeksi-infeksi
telinga tambahan. Infeksi-infeksi telinga tengah yang tidak dirawat dapat
memecah gendang telinga, berakibat pada kebocoran nanah kedalam saluran telinga
dan menyebabkan suatu infeksi telinga luar. Sebagai tambahan, infeksi-infeksi
telinga luar yang tidak dirawat dapat berakibat pada terulangnya
infeksi-infeksi.
3.
Cellulitis.
Suatu
infeksi kulit melingkupi telinga luar (external
ear). Infeksi-infeksi telinga luar yang tidak dirawat atau tidak merespon
pada perwatan dapat terulang dan menjurus ke cellulitis.
4.
Cholesteatoma.
Penumpukan
dari puing-puing selular (cellular
debris) didalam telinga tengah. Ini umumnya adalah akibat dari
infeksi-infeksi kronis telinga. Ia dapat menyebabkan kerusakan struktur-struktur
didalam telinga tengah. Kerusakan struktural didalam telinga. Tulang-tulang
kecil dari telinga tengah dan struktur-struktur lain didalam telinga dapat
menjadi rusak jika infeksi telinga tengah dibiarkan tidak terawat dan gagal untuk
menghilang secara spontan.
5.
Kehilangan
Pendengaran Permanen.
Ini dapat terjadi jika ada kerusakan
struktural pada telinga tengah. Dapat juga terjadi dengan infeksi-infeksi
telinga dalam. Anak-anak yang mengalami kehilangan pendengaran, bahkan untuk
sementara , pada usia muda dapat mempunyai kesulitan-kesulitan dalam penerimaan
bahasa dan perkembangan kemampuan bicaranya.
6.
Acute
mastoiditis.
Terjadi
ketika infeksi telinga menyebar ke tulang mastoid (mastoid bone) dibelakang
telinga-telinga. Komplikasi ini tidak umum dan umumnya berakibat dari infeksi
telinga tengah.
7.
Meningitis.
Infeksi
yang menyebabkan peradangan dari membran-membran yang melindungi otak dan
spinal cord. Ini dapat terjadi sebagai akibat dari suatu infeksi telinga dan
adalah suatu kelainan serius yang berpotensi mematikan.
BAB
V
KESIMPULAN
Telinga pada manusia terbagi menjadi
tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, yang termasuk
bagian dari telinga luar yaitu daun telinga, lubang telinga, dan saluran
telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau
meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani.
Sedangkan bagian dari telinga tengah yaitu rongga udara di belakang gendang
telinga, yang meliputi, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus, landasan
atau incus, dan sanggurdi atau stapes) dan bagian dari Telinga dalam terdiri
dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis
yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin
membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di depan labirin terdapat koklea atau rumah
siput. Penampang melintang koklea terdiri dari tiga bagian yaitu skala
vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli
berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut
tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui
tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh
membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh
membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang
berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel
penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari
gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan saraf vestibulokoklearis.
DAFTAR
PUSTAKA
Artikel Terkait
Luangin waktumu untuk Share this article with your friends