Minggu, 27 April 2014

Telinga Manusia

Diposting oleh Unknown di 00.09
LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
TELINGA MANUSIA



KELOMPOK/GELOMBANG : 1 / 2
Ahmad Rois (1304015003)
Astie Afriani (1304015078)
Lisa Yuliana (1304015284)
Rostuti (1304015460)
Yohana Zerlinda (1304015558)

KELAS : 2G

DOSEN PEMBIMBING
Dwitiyanti, M. Farm, Apt

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangannya peradaban manusia membuat orang mencari dan memperluas ilmu pengetahuan yang mereka miliki disegala bidang keilmuan seperti ilmu biologi. Biologi mempelajari tentang makhluk hidup, interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain serta interaksi dengan lingkungannya. Salah satu makhluk hidup yang dikaji dalam biologi adalah manusia, dimana dalam ilmu biologi kita mempelajari dari sisi anatomi dan fisiologi tubuh manusia, sehingga dalam ilmu biologi terdapat cabang ilmu yang khusus membahas anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
Berbicara tentang anatomi manusia berarti kita akan berbicara tentang potongan tubuh manusia Karena anatomi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari ana yang artinya memisah-misahkan atau mengurai. Dan tomos yang artinya memotong-motong, jadi anatomi berarti mengurai dan memotong.
Ilmu bentuk dan susunan tubuh di peroleh dengan cara mengurai badan melalui potongan bagian-bagian dari badan dan hubungan alat tubuh satu dengan yang lainnya sedangkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal fungsi atau pekerjaan dari tiap jaringan tubuh atau bagian dai alat tubuh tersebut dan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tubuh orang sakit kita harus terlebih dahulu mengetahui struktur dan fungsi tiap alat-alat dari susunan tubuh manusia yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Tubuh manusia terdiri dari sel, jaringan, organ, dan system organ. Dalam tubuh manusia disusun oleh rangka, dimana rangka ini diliputi oleh otot-otot yang juga menyusun tubuh dan melindungi organ lain dalam tubuh mahluk hidup.
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani (Lee K.J,1995; Mills JH et al, 1997).
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz (Mills JH et al, 1997).
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi
atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari
membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani (Liston SL et al,1989; Pickles JO,1991)

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini, hanya sebatas membahas tentang golongan darah, untuk lebih mengetahui detail tentang organ manusia yaitu Telinga. Kemudian timbul pertanyaan di benak kami:
“Bagaimana cara mengetahui bagian-bagian telinga?”
Dengan modal pertanyaan di atas, kami berharap akan menemukan jawaban yang tepat supaya kita dapat mengetahui labih jauh tentang telinga manusia.

1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1.        Mengetahui fungsi dari bagian-bagian telinga tersebut.
2.       Mengetahui bagaimana proses kita bisa mendengar suara.
3.      Kelainan pada telinga manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telinga
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar yang sama dari ikan sampai manusia, dengan beberapa variasi sesuai dengan fungsi dan spesies.
Setiap vertebrata memiliki satu pasang telinga, satu sama lainnya terletak simetris pada bagian yang berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan lokalisasi suara. 
Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat. Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak (nervus vestibulokoklearis).
Bagian-bagian telinga pada manusia ada tiga :
1.     Telinga Luar
a.       Daun Telinga (pinna), fungsinya adalah mem-bantu mengarahkan bunyi atau suara  yang masuk ke lubang telinga yang kemudian diteruskan ke gendang telinga.
b.      Lubang Telinga (meatus auditorius eksternus), fungsinya adalah menangkap suara atau bunyi yang ada disekeliling kita. Lubang telinga atau liang telinga ini adalah bagian terpenting dari seluruh bagian-bagian telinga. Di lubang telinga ini akan menghasilkan kelenjar yang kemudian menjadi kotoran yang menumpuk di dalam telinga,oleh sebab itu kita harus secara rutin membersihkan kotoran-kotoran ini.
c.       Gendang Telinga (membran timpani), fungsinya adalah menerima dan meneruskan getaran-getaran suara menuju ke tulang pendengaran.

2.   Telinga Tengah
a.       3 Tulang Pendengaran, yaitu martir (malleus), landasan (incus) dan sanggurdi (stapes), fungsinya adalah meneruskan getaran suara yang disampaikan dari gendang telinga, getaran-getaran suara ini akan diteruskan oleh masing-masing tulang pendengaran ini secara berurutan dari martir ke landasan sampai sanggurdi yang kemudian diteruskan ke rumah siput (klokea).
b.      Saluran Eustachius, fungsinya adalah menghubung-kan ruang telinga bagian tengah sampai kebelakang faring. Saluran ini akan tertutup dalam kondisi biasa, dan mulai terbuka ketika kita sedang mengunyah makanan atau sedang menguap.
3.   Telinga Dalam
a.       Tulang Labirin (labirinosea), yang merupakan rangkaian dari rongga tulang pelipis yg di-lapisi oleh periosteum. Pada lapisan periosteum ini, mengandung cairan yang bernama perilimfe &  labirin membranasea yang posisinya berada lbh dlm dan mempunyai cairan endolimfe.
b.      Rumah Siput (klokea), pada rumah siput ini terdapat penampung melintang yg terdiri dari  skala media skala vestibuli, dan skala timpani. Skala vestibuli ini terhubung dengan stapes lewat jendela ber-selaput (tingkap oval). Sedangkan skala timpani terhubung dgn telinga tengah melalui tingkap bulat.

2.2 Sensitivitas Telinga
Telinga paling sensitif dalam kisaran 2-5.000 Hz. Telinga dalam kondisi baik memerlukan intensitas tambahan kira-kira 30dB untuk mendeteksi suara berfrekuensi 100 Hz dibanding suara berfrekuensi 1.000 Hz.
Sensitivitas berubah seiring usia. Semakin tua usia, maka pendengaran terhadap frekuensi tinggi semakin lemah pula. Penurunan sensitivitas ini diakibatkan karena pada usia tua. Selain itu, penurunan sensitivitas dapat lebih cepat terjadi apabila telinga terbiasa dengan suara keras, hal ini terjadi karena penurunan sensitivitas pendengaran akibat penuaan disebut presbikusis. Sifat suara yang disebut kekerasan/ kekuatan adalah respon mental terhadap intensitas akustik yang kita dengar. Kekuatan suatu suara sebanding dengan logaritma intensitasnya dan rentang intensitas minimum yang dapat direspon oleh telinga kita.
Kekuatan suara juga sangat bergantung pada frekuensi. Pada frekuensi 30 Hz suara nyaris tidak dapat terdengar dan menimbulkan persepsi bahwa suara dengan frekuensi tersebut sama kerasnya dengan suara frekuensi 4.000 Hz. Satuan phon menyatakan kekerasan suara dalam 1.000 Hz, dimana menyatakan tiap desibel dari 1.000 Hz. Contohnya untuk 1 desibel dalam 1.000 Hz adalah 1 phon. Kekerasan suara yang lazim pada ambang pendengaran percakapan pada 40 dan 60 phon. Ambang rasa dalam pendengaran adalah sekitar 100dB pada semua frekuensi. Pada rentang frekuensi 300-3.000 Hz merupakan rentang frekuensi yang penting untuk memahami percakapan. Ketika telinga memiliki sensitivitas yang sama dengan frekuensi rendah, seperti pada frekuensi 3.000 Hz maka kita akan mendengar berbagai kebisingan fisiologik, misalnya aliran darah di arteri kepala, gerakan sendi, dll.

2.3 Fungsi Telinga
Telinga merupakan satu-satunya indra pendengangan manusia. Fungsi utama organ telinga dari manusia adalah mendeteksi & mengenali bunyi atau suara. Bagian utama dari telinga adalah telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Cara kerja telinga sendiri hanya sebagai pendeteksi suara, selanjutnya suara disampaikan keotak kita melalui syaraf yang menghubungkan telinga ke dalam otak. Selain sebagai pendeteksi suara, telinga ini juga digunakan sebagai penyeimbang posisi tubuh manusia. Bisa dilihat posisi telinga kiri dan telinga kanan simatris pada setiap manusia normal.



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Pada praktikum tentang rangka, dan organ reproduksi wanita, di lakukan di Laboratorim Anatomi Fisiologi Manusia Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Fakultas Farmasi dan Sains di lantai satu, praktikum tentang materi ini dilakukan selama 2 kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 14 April 2014, dan pada hari Senin, 21 April 2014. Praktikum ini dimulai pada pukul 10.30 – 13.00 WIB.

3.2         Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.        Alat peraga telinga.

3.3        Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.        Bagian-bagian telinga yang ada pada manusia.  

3.4         Prosedur kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.        Pembagian materi untuk setiap kelompok.
2.      Kelompok yang mendapatkan giliran untuk persentasi, langsung menyampaikan presentasi materi yang mereka dapatkan.
3.     Selain mempresentasikan dengan berbicara dan menulis di depan, kelompok yang sedang persentasi juga menggunakan alat peraga untuk mempermudah dalam memahami materi yang disampaikan.
4.      Selain menunjukan bagian-bagian yang ada pada alat peraga, kelompok yang berpresentasi juga harus menyebutkan fungsi dari setiap organ-organ yang mereka sebutkan.
5.      Setelah selesai menyebutkan nama dan fungsi dari organ-organ yang dipresentakasikan, kelompok yang sedang berpresentasi juga harus memberikan contah penyakit yang berhubungan dengan alat peraja yang mereka gunakan dan memberikan solusi untuk pengobatan ataupun untuk pencegahan.
6.     Jika semua itu sudah di lakukan, kelompok harus membuka sesi tanya jawab antar mahasiswa yang memberikan materi ataupun yang mendengarkan materi yang sedang dibahas.
7.      Jika sudah selesai, berikan kesimpulan terhadap presentasi yang telah disampaikan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum
A.   Hasil
Dari hasil praktikum tentang telinga yang telah kami lakukan, data yang dapat kami ambil yaitu berupa nama-nama bagian telinga yang ada pada alat peraga. Nama-nama tersebut berdasarkan nomor-nomor yang telah ditandai disetip alat peraga teling yang ada di laboratorim. Urutan- urutannya adalah sebagai berikut :  
  
Data Hasil Pengamatan :
No.
Nama Organ
1.
Helix
2.
Lipatan antihelix/schapa
3.
Antihelix
4.
Concha quriculae
5.
Tragus
6.
Lubang telinga
7.
Tulang temporal
8.
Gendang telinga
9.
Tulang temporal
10.
Tuba eusthacius
11.
Tulang martil (malleus)
12.
Tulang landasan (Incus)
13.
Ductus Cochlearis
14.
Area Cochlearis
15.
Capula Cochlearis
16.
Ductus Cochlearis
17.
Canalis Semircularis Anterior
18.
Canalis Semirculari Pasterior
19.
Canalis Semiculari Lateral
20.
Cras membran rommape

B.   Pembahasan
Pada manusia teling merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Suara adalah bentuk energi yang bergerak melewati udara, air, atau benda lainnya, dalam sebuah gelombang. Walaupun telinga yang mendeteksi suara, fungsi pengenalan dan interpretasi dilakukan di otak dan sistem saraf pusat.
Rangsangan suara disampaikan ke otak melalui saraf yang menyambungkan telinga dan otak. Pada bagian telinga ada beberapa istilah-istilah yang merupakan bagian-bagian dari telinga tersebut yaitu :
a.       Alvis/Incus : Salah satu tulang pendengar dalam rongga telinga tengah.
b.      Coclea : Berbentuk seperti rumah siput yang didalamnya terdapat ductus koklearis yang berisi cairan endolimfe dan banyak reseptor pendengar.
c.       Stapes : Salah satu dari tiga tulang pendengar  pembalut sanggurdi disebut demikian karena menyerupai sanggurdi.
d.      Eustachian tube : Merupakan penghubung telinga tengah dengan faring , funsinya adaalh untk keseimbangan anatara sisi timpani dengan membuka atau menutup pada keadaan biasa tube menutup tapi membuka pada saat menguap, menelan, atau menyunyah.
e.      Hammer/malleus : Tulang pertama dari tiga tulang pendengar, pengantar gerakan, bunyi di dalam telinga tengah yang melekat pada selaput gendang. 

Telinga pada manusia memiliki fungsi masing-masing pada bagiannya, fungsi dari bagian itu antar lain:
1.        Telinga luar : fungsinya untuk menangkap suara.
2.      Telinga tengah : fungsinya untuk menjaga tekanan udara agar seimbang.
3.     Telinga dalam : fungsinya untuk menerima rangsangan bunyi dan mengirimkannya berupa implus ke otak.

Telinga pada manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1.     Telinga Luar Bagian
Luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam.
Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita diabetes mellitus.
2.   Telinga Tengah
Telinga tengah adalah rongga udara di belakang gendang telinga, yang meliputi, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Ujung dari saluran Eustachius juga berada di telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea atau rumah siput. Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar. Tekanan udara di sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara daratan. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanism e men gun ya h s esu atu atau m en gu ap. 
3.   Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea terdiri dari tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis. Telinga sebagai organ keseimbangan. Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat Indra Pengatur Keseimbangan atau organ Vestibular. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau Saluran Gelung atau semisirkular.
Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan Tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf Pendengaran.


4.2 Proses Mendengar

Bunyi — Daun Telinga — Saluran Telinga — Gendang Telinga –Tulang maleus — tulang inkus — Tulang Stapes — Jendela Oval — Rumah Siput (koklea) — Cairan Limpa — Otak — Mendengar.

Proses Mendengar pada Manusia Suara atau bunyi yang masuk ditangkap oleh daun telinga, kemudian diteruskan kedalam liang telinga luar yang akan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan dan diperkuat oleh tulang-tulang pendengaran yang saling berhubungan yaitu malleus, incus dan stapes. Stapes akan menggetarkan tingkap lonjong (oval window ) pada rumah siput yang berhubungan dengan scala vestibuli sehingga cairan didalamnya yaitu perilimf ikut bergetar.
Getaran tersebut akan dihantarkan ke rongga dibawahnya yaitu scala media yang berisi endolimf sepanjang rumah siput. Didalam scala media terdapat organ corti yang berisi satu baris sel rambut dalam (Inner Hair Cell) dan tiga baris sel rambut luar (Outer Hair Cell) yang berfungsi mengubah energi suara menjadi energi listrik yang akan diterima oleh saraf pendengaran yang kemudian menyampaikan atau meneruskan rangsangan energi listrik tersebut kepusat sensorik mendengar di otak sehingga kita bisa mendengar suara atau bunyi tersebut dengan sadar.

4.3 Menguji Pendengaran
Ada 2 uji standar untuk menilai pendengaran seseorang :
1.     Audiometri nada murni
Uji ini dilakukan dalam kamar uji kedap suara, telinga diuji pendengarannya satu per satu melalui headset khusus. Kemudian pasien memberi tanda apabila mendengar suara tersebut. Uji ini menggunakan rentang frekuensi 250-8.000 Hz. Pada setiap frekuensi, volume dinaikkan dan diturunkan sampai diperoleh ambang pendengaran yang konsisten . Hasil uji ini dibandingkan dengan ambang pendengaran normal dalam bentuk kurva. Ambang pendengaran normal di masing-masing frekuensi dianggap nol desibel. Pada kurva pendengaran tak normal memperlihatkan ambang pendengaran seseorang yang pendengarannya tidak sempurna, terjadi penurunan pendengaran yang tajam di kedua telinga pada sekitar 4kHz. Pada kasus ini penurunan pengdengaran tersebut disebabkan oleh kerusakan saraf parsial di koklea. Penurunan pendengaran tidak sama di semua frekuensi.

2. Audiometri bicara Pengukuran impedansi (immitance)
Untuk menilai fungsi telinga tengah Immitance mencakup impedansi dan admittance. Impedansi akustik adalah kuantitas yang menerangkan oposisi terhadap aliran energi suara.pabila telnga tengah mengalami gangguan fungsi akibat rangkaian osikulus terputus, gendang telinga berlubang, atau tuba Eustachius tertutup dan telinga tengah dipenuhi oleh cairan, maka impedansi telinga tengah beubah. Untuk mengetahui intensitas bunyi yang diteruskan, hal yang harus diketahui adalah intensitas bunyi yang masuk dan intensitas bunyi yang dipantulkan. Intensitas bunyi yang sampai ke gendang telinga harus sama dengan jumlah intensitas bunyi yang dipantulkan dan diteruskan.
Ketika intensitas bunyi yang diteruskan meningkat, hal ini berarti pencocokan impedansi menjadi semakin baik. Penyebab impedansi akustik dianggap sebagai kekakuan gendang telinga. Kebalikan dari impedansi(kekakuan) adalah admittance (kelenturan). 
Proses pengukuran immitance telinga tengah : sumbat dimasukkan dan ditutupkan ke dalam saluran telinga, dan energi suara dari sebuah pengeras suara suara kecil yang dijalankan oleh sebuah osilator 220 Hz yang diarahkan ke gendang telinga. Intensitas bunyi yang dipantulkan sangat bergantung pada kekakuan gendang telinga. Kekakuan gendang telinga bergantung pada tekanan udara di saluran telinga.

4.4 Gangguan Pada Telinga Anak
Beberapa Gangguan Pendengaran pada Anak. Gangguan pendengara pada anak biasanya dibedakan menjadi tiga berdasarkan saat terjadinya gangguan pendengaran yaitu :

a.       Pada saat kehamilan atau dalam kandungan (PRENATAL)
Yang berkaitan dengan keturunan (genetik).  Yang tidak berkaitan dengan keturunan seperti Infeksi pada kehamilan terutama pada awal kehamilan/trimester pertama (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis), kekurangan zat gizi, kelainan struktur anatomi serta pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan yang berpotensi menggangu proses pembentukan organ dan merusak sel-sel rambut dirumah siput seperti salisilat,kina, neomycin, streptomisin, gentamisin,thalidomide barbiturate dll.
b.      Pada saat Kelahiran atau Persalinan (PERINATAL)
Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya gangguan pendengaran seperti tindakan dengan alat pada saat proses kelahiran (ekstraksi vakum,tang forsep), bayi lahir premature (< 37 mgg),berat badan lahir rendah (< 2500 gr), lahir tidak menangis (asfiksia), lahir kuning (hiperbilirubinemia). Biasanya jenis gangguan pendengaran yang terjadi akibat faktor prenatal dan perinatal ini adalah tipe saraf / sensori neural dengan derajat yang umumnya berat atau sangat berat dan sering terjadi pada kedua telinga.
c.       Pada saat setelah Persalinan (POSTNATAL)
Pada saat pertumbuhan seorang bayi dapat terkena infeksi bakteri maupun virus seperti Rubella (campak german), Morbili (campak), Parotitis, meningitis (radang selaput otak), otitis media (radang telinga tengah) dan Trauma kepala. Bayi yang mempunyai  faktor resiko diatas mempunyai kecenderungan menderita gangguan pendengaran lebih besar dibandingkan bayi yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut. Seorang anak harus  diperiksa fungsi pendengarannya segera setelah dicurigai terdapat faktor-faktor resiko diatas  atau anak tidak bereaksi terhadap bunyi-bunyian disekitarnya (tepukan tangan, suara mainan, terompet, sendok yang dipukulkan ke gelas/piring dll) dan terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.


4.5  Kelainan /penyakit pada Telinga
1.        Radang telinga (Otitas Media)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri dan sering menyerang pada anak-anak. Gejalanya adalah sakit pada telinga, demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah dan kelainan ini dapat memecahkan gendang telinga.

2.   Gendang telinga yang pecah.
Dapat terjadi ketika gendang telinga berlubang disebabkan oleh tekanan cairan didalam telinga tengah. Setelah pecah, cairan mengalir keluar dari kanal telinga, membebaskan tekanan dan nyeri didalam telinga tengah. Operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki lubang,walaupun lubang-lubang umumnya sembuh sendiri. Lubang-lubang jarang terjadi dan pendengaran umumnya tidak melemah. Infeksi-infeksi telinga tambahan. Infeksi-infeksi telinga tengah yang tidak dirawat dapat memecah gendang telinga, berakibat pada kebocoran nanah kedalam saluran telinga dan menyebabkan suatu infeksi telinga luar. Sebagai tambahan, infeksi-infeksi telinga luar yang tidak dirawat dapat berakibat pada terulangnya infeksi-infeksi.

3.   Cellulitis.
Suatu infeksi kulit melingkupi telinga luar (external ear). Infeksi-infeksi telinga luar yang tidak dirawat atau tidak merespon pada perwatan dapat terulang dan menjurus ke cellulitis.

4.   Cholesteatoma.
Penumpukan dari puing-puing selular (cellular debris) didalam telinga tengah. Ini umumnya adalah akibat dari infeksi-infeksi kronis telinga. Ia dapat menyebabkan kerusakan struktur-struktur didalam telinga tengah. Kerusakan struktural didalam telinga. Tulang-tulang kecil dari telinga tengah dan struktur-struktur lain didalam telinga dapat menjadi rusak jika infeksi telinga tengah dibiarkan tidak terawat dan gagal untuk menghilang secara spontan.

5.   Kehilangan Pendengaran Permanen.
 Ini dapat terjadi jika ada kerusakan struktural pada telinga tengah. Dapat juga terjadi dengan infeksi-infeksi telinga dalam. Anak-anak yang mengalami kehilangan pendengaran, bahkan untuk sementara , pada usia muda dapat mempunyai kesulitan-kesulitan dalam penerimaan bahasa dan perkembangan kemampuan bicaranya.

6.   Acute mastoiditis.
Terjadi ketika infeksi telinga menyebar ke tulang mastoid (mastoid bone) dibelakang telinga-telinga. Komplikasi ini tidak umum dan umumnya berakibat dari infeksi telinga tengah.

7.   Meningitis.
Infeksi yang menyebabkan peradangan dari membran-membran yang melindungi otak dan spinal cord. Ini dapat terjadi sebagai akibat dari suatu infeksi telinga dan adalah suatu kelainan serius yang berpotensi mematikan.



BAB V
KESIMPULAN

Telinga pada manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, yang termasuk bagian dari telinga luar yaitu daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani. Sedangkan bagian dari telinga tengah yaitu rongga udara di belakang gendang telinga, yang meliputi, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes) dan bagian dari Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.  Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea terdiri dari tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls.  Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.



DAFTAR PUSTAKA




Artikel Terkait
Luangin waktumu untuk Share this article with your friends
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meluagkan waktunya untuk berkomentar.

 

Born This Way Copyright © 2012 Design by ASTIE AFRIANI Astie Afriani Puspadewi